Ciri-Ciri Toxic Leadership yang Harus Diwaspadai

Apa saja ciri-ciri toxic leadership? Toxic leadership atau kepemimpinan beracun adalah salah satu penyebab utama kegagalan dalam organisasi. Pemimpin dengan sifat ini tidak hanya merusak kinerja tim, tetapi juga menurunkan moral, menimbulkan konflik internal, dan bahkan bisa menghancurkan reputasi perusahaan. Banyaknya karyawan yang memilih untuk resign dari perusahaan sering kali disebabkan oleh toxic leadership. Pemimpin yang otoriter, tidak peduli pada kesejahteraan tim, dan selalu menyalahkan bawahan membuat karyawan merasa tidak dihargai. 

Ketidakmampuan pemimpin untuk mendengarkan masukan atau kritik juga memperparah keadaan sehingga karyawan merasa terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak kondusif. Akibatnya daripada terus bekerja di bawah tekanan yang tinggi dan minim dukungan, banyak yang memilih untuk keluar dan mencari lingkungan kerja yang lebih sehat.Selain itu, pemimpin yang beracun sering kali tidak memberikan apresiasi yang layak kepada karyawan atas kerja keras mereka. Ketika upaya mereka diabaikan atau bahkan diambil alih oleh atasan, motivasi karyawan pun menurun drastis. 

Sikap manipulatif dan suka mengadu domba antar anggota tim menciptakan suasana kerja yang penuh konflik, yang semakin mempercepat keputusan karyawan untuk resign. Pada akhirnya, kepergian karyawan yang berbakat akan merugikan perusahaan, baik dari sisi kinerja maupun reputasi.Berikut adalah ciri-ciri toxic leadership yang perlu Anda kenali agar dapat menghindari dampaknya di lingkungan kerja.

Ciri-Ciri Toxic Leadership 

1. Sikap Otoriter dan Tidak Fleksibel

Pemimpin yang toxic sering kali menerapkan gaya kepemimpinan yang otoriter. Mereka tidak memberikan ruang untuk diskusi, masukan, atau kreativitas dari anggota tim. Semua keputusan diambil secara sepihak tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain. Sikap ini menciptakan atmosfer kerja yang penuh tekanan, di mana para karyawan merasa terbatasi dalam mengekspresikan ide-ide mereka.

Selain itu, ketidakfleksibelan dalam menghadapi perubahan menjadi salah satu karakteristik utama pemimpin beracun. Dalam dunia kerja, kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan sangat penting. Namun, toxic leader cenderung keras kepala dan tidak mau mengubah pendekatan mereka meskipun situasi sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.

2. Kurangnya Empati dan Kepedulian terhadap Karyawan

Empati adalah salah satu kualitas penting dalam kepemimpinan yang baik. Namun, pemimpin yang beracun tidak memiliki rasa empati terhadap kebutuhan atau perasaan orang lain. Mereka tidak peduli dengan kesejahteraan fisik maupun mental anggota timnya. Setiap masalah pribadi dianggap tidak relevan dan hanya menjadi penghambat produktivitas. Akibatnya, karyawan yang dipimpin oleh pemimpin seperti ini akan merasa tidak dihargai dan rentan mengalami stres, bahkan burnout.

3. Cenderung Menyalahkan Orang Lain

Salah satu ciri yang paling mencolok dari toxic leader adalah kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan atau masalah yang terjadi. Alih-alih mengakui kesalahan sendiri, mereka akan mencari kambing hitam di antara anggota timnya. Hal ini tidak hanya menciptakan ketegangan, tetapi juga menghancurkan kepercayaan diri para karyawan. Dalam jangka panjang, budaya menyalahkan seperti ini akan menyebabkan hilangnya inisiatif dari karyawan yang merasa takut untuk mengambil risiko atau membuat keputusan.

4. Manipulatif dan Suka Mengadu Domba

Toxic leader sering menggunakan taktik manipulatif untuk mempertahankan posisinya. Mereka tidak segan-segan memutarbalikkan fakta atau menggunakan informasi tertentu untuk memengaruhi opini anggota timnya. Tidak jarang juga pemimpin seperti ini mengadu domba antar anggota tim untuk menciptakan persaingan yang tidak sehat. Tujuannya adalah untuk menjaga kendali dan memastikan bahwa tidak ada karyawan yang terlalu menonjol atau berpotensi mengancam posisinya.

Dalam lingkungan yang penuh dengan manipulasi, komunikasi yang terbuka dan jujur akan sulit tercapai. Hal ini hanya akan memperburuk suasana kerja dan menghambat kolaborasi yang sehat.

5. Tidak Memberikan Apresiasi terhadap Pencapaian

Pengakuan dan apresiasi merupakan salah satu bagian penting untuk motivasi kerja pada setiap orang. Namun, toxic leader cenderung tidak memberikan penghargaan atas usaha atau pencapaian anggota timnya. Mereka mungkin menganggap bahwa prestasi yang diraih oleh karyawan adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu diapresiasi. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan bisa saja mengambil kredit atas pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain.

Tanpa apresiasi, karyawan akan merasa tidak termotivasi dan kurang dihargai, yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya kinerja serta loyalitas terhadap perusahaan.

6. Terlalu Fokus pada Hasil tanpa Memperhatikan Proses

Pemimpin beracun sangat fokus pada hasil akhir dan tidak peduli bagaimana cara timnya mencapai target tersebut. Mereka sering kali menekan karyawan untuk bekerja melebihi batasan mereka, bahkan jika itu mengorbankan kualitas kerja atau kesehatan para anggota tim. Tekanan semacam ini hanya akan meningkatkan stres dan menghasilkan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Di sisi lain, pemimpin yang baik memahami pentingnya proses dalam mencapai hasil. Mereka memberikan dukungan, pelatihan, dan panduan kepada tim agar dapat bekerja dengan lebih efektif tanpa harus merasa terbebani.

7. Tidak Terbuka terhadap Kritik atau Masukan

Pemimpin yang toxic cenderung menutup telinga terhadap kritik atau masukan dari orang lain, bahkan jika itu datang dari bawahannya. Mereka meyakini bahwa keputusan mereka selalu benar dan tidak perlu dipertanyakan. Ketidakmampuan untuk menerima kritik ini menciptakan lingkungan di mana karyawan takut untuk berbicara atau memberikan pendapat.

Dalam jangka panjang, ketertutupan terhadap masukan akan menghambat inovasi dan perbaikan yang sebenarnya sangat diperlukan oleh perusahaan untuk berkembang.

8. Sikap Egois dan Tidak Mementingkan Tim

Seorang pemimpin yang baik selalu mendahulukan kepentingan tim di atas kepentingan pribadi. Namun, pemimpin yang beracun bersikap sebaliknya. Mereka lebih fokus pada keuntungan pribadi, seperti kenaikan jabatan atau pujian dari atasan, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap tim. Sikap egois ini membuat karyawan merasa tidak dihargai, dan pada akhirnya mengurangi semangat kerja mereka.

Toxic leadership merupakan ancaman nyata bagi setiap organisasi. Kepemimpinan yang beracun tidak hanya merusak suasana kerja, tetapi juga berdampak langsung pada kinerja dan produktivitas tim. Dengan mengenali ciri-ciri toxic leadership seperti otoriter, kurang empati, menyalahkan, dan manipulatif, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Menghadapi pemimpin yang mengganggu memang bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat mengurangi dampaknya dan menjaga kesejahteraan serta kinerja tim secara keseluruhan.

 

Source: 

https://greatdayhr.com/id-id/blog/ciri-ciri-toxic-leader/

https://money.kompas.com/read/2023/09/20/112204926/waspada-toxic-leadership-dalam-lingkungan-kerja?page=all

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *